10 April 2008

Menyambut Serangan Fajar

Bagaimana cara masyarakat miskin menolak serangan fajar? Berikut adalah kalkulasi asal-asalan dari mahasiswa yang biasa makan gorengan tempe yang semakin tipis seperti silet, akibat harga minyak tanah yang walaupun diambil dari tanah harganya tetap naik sampai kelangit.

Para pengamat politik pilkada mulai mencermati kemungkinan adanya serangan fajar. Serangan fajar bukan berarti serangan Ketua Umum PB yang bernama Fajar. Serangan fajar adalah istilah yang digunakan untuk menyebut tindakan tim sukses membujuk pemilih beberapa saat menjelang pencoblosan dengan cara membagi-bagikan uang. Jumlahnya bervariasi. Sekarang mari kita berhitung apa artinya uang tersebut bagi rakyat miskin. Agar kita tahu apa makna kata-kata ’jangan ambil uang dari serangan fajar!’.

Anggaplah calon membagikan uang sebesar Rp. 30.000. artinya adalah:

Minyak tanah satu liter Rp. 3000.

Beras satu liter Rp. 6000

Telur satu kilo Rp. 13.000

Tempe segebleg Rp. 4000

Minyak goreng seperapat Rp. 4000

Total Rp. 30.000.

Artinya, mengatakan ’jangan ambil duit serangan fajar!’ sama dengan ’jangan makan tiga hari’. Nah, bagi orang-orang kaya yang peduli nasib demokrasi silahkan pikirkan apakah efektif menyarankan jangan ambil duit serangan fajar. Kita boleh saja menganggap money politik menghasilkan pejabat-pejabat tidak becus bermental korup. Tapi di zaman segala serba mahal rasanya itu tidak cukup.

Jika anda pengamat politik yang kaya dan soleh, paling jago anda puasa senin dan kamis. Orang miskin puasanya lebih panjang. Ketika ada tawaran berbuka kita dengan penuh percaya diri dan merasa suci berkata ’jangan ambil duit serangan fajar!’, ’Haram!’. Apa melarang orang buka puasa nggak dosa?evil

Anonim mengatakan...

Cabang Bandung bikin acara lomba makan silet doong..
eh salah makan tempe